Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Kota Baubau sebagai ibu kota
Kabupaten Buton dan pusat Kesultanan Buton di era tahun 70-an sangat mempengaruhi
ketersediaan sarana atau prasarana kebutuhan primer masyarakat, salah satu
diantaranya adalah kebutuhan di bidang pendidikan ( sekolah ). Sampai dengan
tahun 1970
sekolah yang ada di kota Baubau untuk tingkat tertinggi baru SMA Negeri 1
Baubau. Desakan
kebutuhan tamatan SLTP tersebut untuk melanjutkan pendidikan ke tingkatan yang
lebih tinggi merupakan sebuah tantangan yang harus segera di jawab oleh
masyarakat dan pemerintah.
Atas komitmen bersama antara pemerintah
di kala itu masih di pimpin oleh Bupati Buton dan masyarakat, maka dibukalah sebuah Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas diberi nama SMA 2 Baubau, dibuatlah sebuah bangunan untuk
tempat berlangsungnya PBM dan bangunan ini luasnya ……… terdiri dari 15 ruang
belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 laboratorium Fisika, 1 laboratorium Kimia, 1
ruang dewan guru, 1 ruangan gudand daan 2 WC siswa.
Pada tahun
1977 SMAN 2 Baubau menerima
murid baru sebanyak 8 kelas, oleh karena bangunan ruang kelas belum rampung
pembangunannya maka siswa kelas satu tersebut melaksanakan kegiatan proses
belajar mengajar di SMAN 1 Baubau pada
tengah hari (jam 13.00 sampai 17.30) dengan tenaga pengajar sebanyak 6 orang
termasuk kepala sekolah. Pada tahun 1978 penerimaan siswa baru dan semua
kegiatan proses belajar mengajar baik kelas satu maupun kelas dua sudah
dilakukan digedung SMAN 2 Baubau. nanti
kemudian pada tahun 1979 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan R.I. No.
27/SK/B.III, tanggal 11-6-1979, terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1979 menjadi SMA Negeri dengan
nama SMA Negeri 2 Baubau.
Sehingga sekolah ini merupakan SMA
Negeri yang Kedua di Kabupaten
Buton dan
ternyata merupakan SMA Negeri ke-155 untuk Indonesia. Dalam perjalanan panjangnya, sekolah ini
telah banyak mengalami pergantian pimpinan ( Kepala Sekolah ) dan sampai saat
ini telah berjumlah 8 orang. Kesepuluh Kepala Sekolah tersebut adalah:
NAMA
|
PERIODE TUGAS
|
1. H.MUHAMMAD MISBAH,BA
|
1979 s.d. 1981
|
2. Drs. MUSA AWI
|
1981 s.d. 1994
|
3. Hj. HINGDONG ISMAIL,
BA
|
1994 s.d. 1997
|
4. Drs. H. LA ODE MUIZU
|
1997s.d. 2002
|
5. Drs. H. MUCHTAR DAHLAN
|
2002 s.d. 2008
|
6. Drs. LA UDU, MM.Pd
|
2008 s.d. 2013
|
7. Drs. H. LA ODE
ZULKILI
|
2013 s.d. 2014
|
8. MUHAMMAD RADI, S.Pd,
MM.Pd
|
2014 s.d. Sekarang
|
Demikian pula
sarana prasarana yang dimiliki, disamping bertambah jumlahnya juga terjadi
peningkatan kualitas, disamping itu juga terus dibangun ruangan-ruangan penunjang
seperti laboratorium IPA, bahasa dan komputer serta sarana ibadah dengan
hadirnya ruangan-ruangan penunjang tersebut yang dilengkapi dengan alat-alat
dan bahan praktek, maka ikut pula menambah pola pendekatan PBM yang
dilaksanakan oleh para guru.
Jika tadinya Proses Belajar Mengajar (PBM) hanya dilaksanakan secara
manual, dengan pendekatan metode ceramah yang dominan, sekarang sbagian besar
guru telah menggunakan Laptop, Infokus dalam melaksanakan PBM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar